Jumat, 24 Februari 2017

Mahasiswa dan Politik


Politik memang selalu menjadi bahan yang menarik untuk di perbincangkan, baik itu dalam sebuah forum khusus maupun di dalam kehidupan sosial seshari-hari. Akan tetapi, dalam masyarakat yang masih minim pengertahuan politiknya, tidak jarang  politik itu sendiri selalu menduduki posisi pertama sebagai sesuatu yang kotor. Permasalahan seperti ini bukan lagi menjadi permasalahan yang di rahasiakan melainkan sudah menjadi rahasia umum dimana masyarakat selalu memandang sinis terhadap sesuatu yang berbau politik.
Absahnya, politik itu sendiri sebagai suatu upaya untuk memperoleh kekuasaan yang nantinya dari kekuasaan yang diperoleh tersebut akan memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada masyarakat yang berada di bawah kekuasaan tersebut. Masyarakat tradisional politik, hingga saat ini masih banyak kita temukan di seluruh penjuru tanah air. Sangat di sayangkan apabila tidak adanya tindakan yang efektif untuk menyelesaikan masalah ini.
Sosialisasi politik sepertinya menjadi hal yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan ini. Aktor yang berperan dalam sosialisi politik ini tidak perlu dari kalangan yang orientasi kehidupan sehari-harinya selalu berhubungan dengan politik. Bisa juga mahasiswa atau kelompok masyarakat yang sudah bisa perpikir secara rasional dalam hal pengetahuan politik.
Sering kita dengar, banyaknya oknum yang sering melakukan strategi politik dengan menggunakan uang untuk kekuasaan. Hal ini bisa dikatakan menodai demokrasi yang ada di Indonesia. Absahnya, suara yang sah dari hati nurani rakyat merupakan cerminan dari demokrasi yang bersih dan sekaligus merupakan indikator untuk mengetahui seberapa peduli masyarakat dalam kegiatan politik itu sendiri (partisipasi politik).
Mahasiswa, merupakan kalangan yang terdidik, seharusnya bisa lebih peduli dengan keadaan ini. Sangat disayangkan apabila dalam jiwa seorang mahasiswa tidak tertanam jiwa nasionalisme yang tinggi untuk mengubah keadaan yang tidak stabil di dalam praktek politik yang ada di wilayahnya. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang politik menyebabkan masyarakat itu sendiri dengan rentan terserang doktrin dari oknum yang menggunakan strategi politik uang (money politic) seperti yang telah disebutkan barusan. Dalam hal ini, seharusnya mahasiswa bisa mengambil langkah tegas untuk menghilangkan tradisi “menyogok masyarakat” yang saat ini sedang berada di puncak kepopuleran. Mahasiswa bisa saja melakukan observasi di tempat kejadian dan melakukan penelitian untuk menemukan masalah mengapa masyarakat mudah sekali tergiur dengan sejumlah uang yang digunakan untuk membeli suara mereka. Setelah melakukan observasi dan menemukan jawaban dari permasalahan, mahasiswa dapat terjun langsung dengan menjabarkan hasi penelitian mereka sebagai modal dalam upaya Sosialisasi Politik yang mereka lakukan di wilayah tersebut.
Dalam upaya sosialisasi politik yang mahasiswa lakukan tersebut, mahasiswa tidak perlu mendatangkan masa yang banyak dari kalangan masyarakat tradisional politik tadi. Akan tetapi, mahasiswa hanya perlu memberikan sosialisasi kepada orang-orang yang mau mengikuti sosialisasi tersebut secara sukarela dan serius. nantinya, mahasiswa dapat menyampaikan beberapa materi kepada secuil orang tersebut, dengan mengupayakan sosialisasi yang didapatkan oleh orang tersebut nantinya dapat disampaikan kepada masyarakat tradisional lainya yang tidak mengikuti. Dalam hal ini baiknya sosialisasi diberikan kepada orang-orang yang dianggap berpengaruh dalam masyarakat tersebut.
Sebagai hasilnya, hasil dari sosialisasi dapat menjamur dalam kehidupan masyarakat dan masyarakat secara perlahan dapat memahami apa yang menjadi tujuan dari politik itu sendiri. Apa yang akan mereka dapatkan dari politik itu, seberapa pentig suara mereka terhadap kestabilan politik dan situasi negara yang mencakup segala bidang misalnya dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya.

 Agen of Change and Agen of Control Dalam Politik

Dalam hal ini, mahasiswa menjadi pelopor perubahan dan kontrol terhadap situasi yang terjadi dari kebijakan politik yang telah di lakukan. Dalam hal ini, mahasiswa harus bisa lebih kritis dalam menanggapi situasi politik yang terjadi. Menurut presepsi pribadi, mahasiswa sebagai agen of control dan agen of change dalam politik  ini berorientasi kepada bagaimana mahasiswa itu secara aktif dan jeli menanggapi apa yang sedang terjadi di dalam wadah perpolitikan di Indonesia.
Mengenang masalalu, pada masa Orde Baru  pemerintahan Presiden Soeharto yang bersifat otoriter dan dipenuhi dengan kepentingan yang bersangkut paut dengan Dwi Fungsi ABRI, yang dimana pada masa itu, masyarakat tidak memiliki peluang besar untuk menjabat dalam struktur kepemimpinan di daerah maupun di tingkat pusat. Tidak hanya masalah dwi fungsi ABRI yang mendominasi pemerintahan. Pada masa itu juga, masyarakat tidak memiliki ruang bebas dalam mengeluarkan pendapat yang bisa mengkritik kebijakan pemerintah pada masa itu. Akibat dari semua itu, banyak sekali kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan rakyat dan mengundang berbagai macam konflik di masyarakat.
Mahasiswa, seperti yang di jelaskan sebelumnya harus memiliki pemikiran yang kritis dan sebagai pelopor perubahan dan pengendalian, melihat adanya intimidasi terhadap masyarakat sipil yang sesungguhnya berhak untuk mengeluarkan pendapat dan memiliki kesempatan untuk meduduki posisi dalam pemerintahan. Pemerintahan yang otoriter dan terkekangnya masyarakat akhirnya membuat mahasiswa mulai naik pitam. Mahasiswa turun kejalan melakukan unjuk rasa menentang pemerintahan Soeharto yang otoriter. Akhirnya, pada tanggal 22 Mei 1998, pemerintahan Presiden Soeharto pada masa itu (orde baru) akhirnya runtuh dan kita memasuki masa Reformasi yang masih berlanjut hingga saat kita menghirup nafas hari ini.
Dalam hal ini, pergerakan Mahasiswa sangat penting bagi perubahan suatu bangsa. Sangat disayangkan sekali jikala masih ada mahasiswa yang enggan untuk bergerak. Salam Mahasiswa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar